Faraz Jaka, Juara Dunia Poker Yang Hidup Nomaden

Faraz Jaka Juara Dunia Poker Yang Hidup Nomaden

Faraz Jaka, Juara Dunia Poker Yang Hidup Nomaden ini merasakan kekosongan dalam hidupnya.

Banyak orang berpikir jika jutaan dolar yang didapatkan dari memenangkan kejuaraan turnamen poker bisa membuat hidupmu bahagia.

Faraz Raka Juara Dunia Poker Yang Menjadi Inspirasi

Lain halnya dengan Faraz Jaka, seorang pemain poker profesional yang juga seorang pengusaha.

Kisah Hidup Sang Juara Dunia Poker Yang Menjadi Inspirasi

Faraz yang pernah menjadi pemain terbaik poker tahun 2009/2010 dan memenangkan lebih dari puluhan juta dolar ini, lebih memilih hidup bebas.

Faraz menjual rumahnya dan mulai hidup sebagai pemain poker sejati dengan tujuan ingin mengenal beragam kebudayaan di luar sana.

“Tahun kemarin, saya sudah bermain di 102 turnamen poker di seluruh dunia. Saya pergi ke 47 kota, 13 negara dan menaiki 52 penerbangan,” ia menjelaskan.

Selama perjalanannya, Faraz menyadari satu fakta bahwa sebenarnya ia mempunyai tempat untuk kembali, namun itulah yang menjadi hambatan terbesarnya.

“Saya menyadari bahwa satu-satunya jalan untuk mendapatkan semua pengalaman ini yaitu jika saya menjual rumah saya, dan itu sudah dilakukan.”

Meskipun pemain berumur 29 tahun tersebut sudah memenangi berbagi turnamen poker dengan hadiah jutaan dolar, namun ia memutuskan untuk tetap hidup sederhana.

Faraz menolak untuk hidup dengan bergaya berlebihan dan dalam kemewahan serta berfoya-foya.

“Banyak orang yang hanya mengejar tujuan jangka pendek saja. Tetapi saat mereka mendapatkannya, mereka tidak merasa bahagia.”

“Sebagian orang terjebak dalam lingkaran ini, terutama orang-orang yang sudah sangat sukses.”

“Kebahagiaan sejati datang dari menyadari sesuatu dan mempunyai tujuan akan hal tersebut,” tambahnya lagi.

Faraz kemudian menceritakan saat pertama kali ia mulai memikirkan tentang hidupnya kembali setelah “sesuatu” terjadi di negara Swiss.

“Saya berada Italia untuk mengikuti turnamen poker, dan kemudian bertemu seorang kenalan yang berasal dari Swiss yang mengajak saya untuk menginap di rumahnya.”

“Minggu depannya saya benar-benar tinggal di rumah orang asing dan tidur di sofa rumah mereka. Saya menjadi ketagihan setelah itu.”

Ia juga menceritakan pengalamannya di salah satu kuil Budha di negara Thailand, dimana ia mengikuti proses meditasi selama 10 hari.

Pengalamannya ini tidak sengaja ia dapatkan saat bepergian. Faraz mengatakan jika saat itu ia tidak banyak berbicara selama 10 hari penuh.

“Kami biasanya mulai meditasi selama 14 atau 15 jam sehari. Itu adalah 10 hari terbaik di dalam hidup saya,” ujarnya.

Faraz mengakui masih melakukan meditasi sampai sekarang, bahkan sebelum turnamen dimulai dan saat waktu istirahatnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *